KASUS
Tahukah Anda Obat Jangka Panjang Apa Risikonya?
Tabloid Nova, Kamis, 4 Maret 2010
Obat jangka panjang (OJP) kerap dilalaikan, Penyebabnya beragam, dari "bosan" karena harus memberikan obat tiap hari selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, sampai iba karena menyaksikan tersiksa minum obat yang pahit. Masalah lainnya, apalagi kalau bukan "lupa". Lalu yang tak kalah memprihatinkan, yaitu seringnya kita mengambil "kesimpulan sendiri" bahwa penyakit sudah sembuh dan pemberian OJP-nya tak perlu lagi. Padahal, untuk kasus penyakit tertentu yang tergolong berat seperti TBC dan meningitis pemberian OJP tak boleh terputus. Memang setelah diobati selama 1-2 bulan kondisi anak sudah tampak bagus; sudah kembali ceria, makan dengan lahap, dan sudah bisa lari ke sana kemari. Inilah yang kerap membuat pengobatan dihentikan sehingga pada bulan-bulan berikutnya, penyakitnya kambuh bahkan tambah kronis. Kalau sudah begitu, pengobatan jadi makin sulit. Makanya, kuncinya cuma disiplin.
Berikut penjelasan lengkap Dr. Nafrialdi, Ph.D dari Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI/RSCM.
SECARA medis tak ada batasan atau kategori apa yang disebut pengobatan jangka panjang. Namun secara umum didefinisikan sebagai pengobatan yang berlangsung selama 6 bulan, bertahun-tahun, atau seumur hidup. Jenis obatnya sendiri dibagi dua: obat antibiotika dan obat simtomatis.
* Antibiotika
Antibiotika sering disebut sebagai obat pembunuh kuman. Biasanya tak diberikan dalam jangka panjang. Rata-rata hanya 5-7 hari kecuali untuk kasus tertentu bisa dua minggu. Lama atau tidaknya pemberian tergantung pada kuman yang menyerang. Pada kasus penyakit berat, kuman yang menyerang umumnya tergolong "bandel" sehingga sulit dibasmi. Kalau kuman belum "terkalahkan", otomatis pengobatan terus dilakukan.
Antibiotika bisa saja gagal atau tidak maksimal dalam menyembuhkan. Penyebabnya kuman yang disasar sudah resisten terhadap jenis antibiotika tersebut. Kalau sudah begitu, akan ada pengujian lebih lanjut mengenai antibiotika mana yang masih bisa "mengalahkan" kuman-kuman bandel yang diidap. Pasien biasanya akan diberi resep baru, yang intinya meneruskan obat yang efektif, dan mengganti obat yang tidak efektif dengan obat baru.
* Simtomatis
Obat simtomatis adalah obat untuk mengendalikan gejala sakit. Jenis inilah yang biasanya diberikan dalam jangka panjang. Bahkan untuk penyakit tertentu, sebut saja diabetes atau hipertensi, obat jenis ini diberikan seumur hidup. Dalam sehari, pasien bisa minum 3-4 obat.
Yang patut diperhatikan dari Kisah Ibu Sonya berikut ini:
Mungkin anda punya masalah ketergantungan dengan obat sakit kepala seperti ibu yg satu ini? artikel di bawah ini menceritakan tentang pengalaman seseorang yg mengalami ketergantungan obat karena sakit kepala yg selalu menyerang tiap hari, berikut ini ceritanya…
Nama : Sonya
Keluhan : ketergantungan Obat sakit kepala
Jenis produk : Bio Necklace Set
Sonya ibu satu anak ini pada dasarnya memiliki kesehatan yg cukup baik, hanya saja, sebelum mengenal bio necklace ini pernah hampir 2 tahun addicted (kecanduan) obat sakit kepala, minum di pagi hari, (sebelum sarapan) hampir selalu dimulai dengan obat sakit kepala yg berinisial “P” tersebut, siang hari, sore hari hampir dapat dikatakan, selalu berhubungan dengan obat “P” tersebut, bahkan pada beberapa bulan, belakangan sebelum mengenal bio necklace atau kalung biofir ini dosis teersebut bertambah 2 kali lipat, (sekali belanja obat “P” tersebut selalu hitungan karton bukan satu/ dua lembar) pertama kali mengenakan bio necklace pada malam hari ibu sonya hampir dikatakan tidak ada perubahan yang drastis. Pada keesokan pagi, yg mana biasanaya selalu minum obat “P”, ternyata dapat tidak minum..namun pada sekitar pukul 10 pagi, ibu sonya mengalami pusing disertai muntah, proses ini berlangsung sekitar 1-2 jam (healing crisis) Namun setelah proses ini berakhir,berkat Bio Necklace ibu sonya mengalami lepas bebas dari obat sakit kepala “P” tersebut setelah 2 tahun dalam bayang-bayang. bahkan sekarang ibu Sonya mulai menyebarkan kabar baik ini ke lingkungannya.